BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Dalam kehidupan tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri,
pastitergantung atau berhubungan dengan yang lain. Baik itu berhubungan
dengansesama manusia, maupun dengan alam sekitar.Misalnya: Kalau kita ingin
hidup sehat banyak faktor yang berkaitan/ berpengaruh, antara lain:
lingkungan rumah, jam istirahat, jam kerja, cuaca dll.Konsep pemikiran
tentang hubungan adalah untuk menjawab pertanyaantentang apakah kemunculan
suatu gejala akan diikuti oleh gejala-gejala lain, ataulebih spesifik
apakah perubahan suatu variabel akan diikuti oleh perubahanvariabel lain.
Perubahan suatu variabel diikuti oleh perubahan variabel lainmenandakan adanya
hubungan (korelasi) antar variabel.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun masalah dalam
makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan korelasi?
2. Bagaimana teknik-teknik korelasi?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisannya
adalah :
1.
Menjelaskan konsep korelasi.
2.
Menjelaskan macam-macam
korelasi dan perbedaannya.
3.
Menjelaskan teknik-teknik
korelasi..
4.
Menjelaskan langkah - langkah
teknik analisis korelasi.
5.
Menjelaskan kelebihan dan
kekurangan teknik korelasi
BAB
II
ANALISIS KORELASI
A. PENGERTIAN ANALISIS KORELASI
Korelasi
adalahistilah statistic yang menytakan derajat hubungan linier antara dua
variabel atau lebih, yang ditemukan
oleh Karl Pearson pada awal 1900.
Oleh sebab itu terkenal dengan sebutanKorelasi
Pearson Product Moment (PPM).[1]
Korelasi adalah salah satu teknik
analisis statistikyang paling banyak digunakan oleh para peneliti. Karena
peneliti umunya tertarik terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi dan
mencoba untuk menghubungkannya. Misalnya
kita ingin menentukan tinggi badan dengan berat badan, antara umur dengan
tekanan darahnya, antara motivasi dengan prestasi belajar atau bekerja, dan
seterusnya.
Hubungan
antara dua variabel di dalam teknik korelasi bukanlah dalam arti hubungan sebab
akibat (timbal balik), melainkan hanya merupakan hubungan searah saja. Hubungan
sebab akibat misalnya, kemiskinan dengan kejahatan, kebersihan dengan
kesehatan, kemiskinan dengan kebodohan. Untuk jelasnya, hubungan sebab akibat
dapat disebabkan sebagai berikut: orang yang bodoh dapat menyebabkan dirinya
miskin, demikian seterusnya. Jadi tidak jelas mana yang menjadi penyebab dan
mana yang menjadi akibat. Keadaan ini
berbeda dengan hubungan searah b (linier) di dalam analisis korelasi..dalam
korelasi hanya dikenal hubungan searah
saja (timbal balik), misalnya: (1) tinggi badan menyebabkan berat badannya
bertyambah, tetapi berat badannya bertambah belum tentu menyebabkan tinggi
badannya bertambah pula: (2) meningkatkan pemakaian mobil pribadi menyebabkan
macetnya lalu lintas, tetapi macetnya lalu lintas belum tentu meningkatkan
pemakaian mobil pribadi; demikian seterusnya. Akibatnya, dalam korelasi dikenal
sebab akibat atau yang dipengaruhi
disebutvariabel terikat.
Istilah bebas disebut juga dengan independen (independent) yang biasa
dilambangkan dengan huruf X atau X1, X2, X3,
…., Xn ( tergantung banyaknya variabel bebas). Sedangakn
istilah terikat disebut juga dependen (dependent),
yang biasanya dilambangkan dengan huruf Y. Bagaimana menentukan bahwa variabel itu
bebas atau terikat? Jawabnya ialah tergantung dengan landasan teori yang kita
pakai.
Variabel-variabel
yang akan dihubungkan terdiri atas berbagai tingkatan data. Tingkatan data
meliputi data nominal, ordinal, interval dan rasio. Tingkatan data tersebut
menentukan analisis korelasi mana yang tepat digunakan. Oleh sebab itu, sebelum
mempelajari analisis korelasi, macam-macam tingkatan data tersebut harus sudah
dipahami sepenuhnya.
B.
MACAM-MACAM
TEKNIK KORELASI
Macam-macam teknik korelasi seperti Tabel X.1 atau
Tabel X.2 atau Tabel X.3 yaitu:
Tabel
X.1
TEKNIK-TEKNIK ANALISIS TIPE DAN
JUMLAH VARIABEL BEBAS
INTERNAL
|
ORDINAL
|
NOMINAL
|
|||||||
1
|
>1
|
1
|
>1
|
1
|
>1
|
||||
INTERVAL
|
0
|
Analisis Faktor
|
Transformasikan variabel ordinal
ke nominal dan gunakan C-1, atau transformasikan variabel interval ke ordinal
dan gunakan B-2, atau transformasikan kedua variabel ke nominal dan gunakan
C-3
|
LAJUR
1
|
|||||
1
|
Korelasi
|
Korelasi Ganda
|
Anava (atau t test)
|
Anava
|
|||||
>1
|
Korelasi ganda
|
Korelasi Kanonika
|
Analisis Diskriminan Ganda
|
Analisis Diskriminan Ganda
|
|||||
ORDINAL
|
0
|
Transformasikan variabel ordinal
ke nominal dan gunakan C-1 atau transformasikan variabel interval ke ordinal
dan gunakan B-2, atau transformasikan variabel internal ke nominal dan
gunakan C-2
|
Koefisien konkordas (W)
|
LAJUR
2
|
|||||
1
|
Korelasi Spearman Kendall’stau
|
Sign test, median test, U test
Kruskal-Wallis anava satu jalan
|
Anava
dua jalan (Friedman)
|
||||||
>1
|
|||||||||
NOMINAL
|
0
|
LAJUR
3
|
|||||||
1
|
Anava (lihat C-1)
|
Analisis Diskriminan Ganda (Lihat
C1)
|
Sign tes, median test, U test
Kruskal- Wallis C2
|
Koef Phi () Fisher Exact test,
X2
|
|||||
>1
|
Anava (Lihat C1)
|
Anava (Lihat C1)
|
Anava dua jalan (Friedman)
|
||||||
KOLOM A
|
KOLOM B
|
KOLOM C
|
|||||||
Tabel X.2
TEKNIK KORELASI DUA VARIABEL
BIVARIANT UNTUK BERBAGAI VARIABEL
Teknik
Korelasi
|
Simbol
|
Variabel
1
|
Variabel
2
|
Keterangan
|
Product
|
r
|
Kontinum
(Interval)
|
Kontinum
(Interval)
|
Teknik yang paling banyak
dipakai, khususnya untuk mendapatkan standar kesalahan kecil.
|
Rank
|
Rank (Ordinal)
|
Rank (Ordinal)
|
Sering dipakai sebagai pengganti
produk moment terutama jika sampel kurang dari 30
|
|
Tan Kendall
|
Rank (Ordinal)
|
Rank (Ordinal)
|
Untuk pengganti, jika sampel
kurang dari 10
|
|
Biserial
|
Kontinum
|
Kontinum
|
Kadang-kadang lebih dari 1=
standar kesalahan lebih besar dari r
umumnya dipakai untuk analisis item
|
|
Biserial Widespread
|
Kontinum
|
Kontinum
|
Khususnya dipakai untuk
perseorangan yang ekstrim dalam dikotomi variabel
|
|
Point-Biserial
|
Kontinum
|
Kontinum
|
Digunakan jika kedua variabel
dapat dipecahkan pada titik kritis
|
|
Tentrachoris
|
Dikotomi artifisial buatan
|
Dikotomi artifisial buatan
|
Hasilnya lebih rendah dari r
bis
|
|
Phi
|
Dikotomi sebenarnya
|
Dikotomi sebenarnya
|
Digunakan pada perhitungan antara
analisis item
|
|
Contigensi
|
2 kategori atau lebih
|
2 kategori atau lebih
|
Ialah kondisis khusus dapat
dibandingkan dengan r berhubungan erat dengan chi kuadrat.
|
|
Rasio otomatis
|
Kontinum
|
Kontinum
|
Digunakan untuk mengetahui
hubungan nonlinear
|
TABEL X.3
KOEFISIEN KORELASI
Koefisien Korelasi Variabel
yang diukur
|
1.
Produk Momen Pearsonkedua variabelnya berskala interval
2. Order Rank Spearmankedua
variabelnya berskala ordinal
3. Point Serial satu berskala dikotomi sebenarnya dan
satu berskala interval
4. Biserial satu berskala dikotomi buatan
dan satu berskala interval
5. Koefisien Kontigensikedua variabel
berskala nominal
|
C.
KORELASI PEARSON PRODUK MOMEN (PPM)
Korelasi
PPM sering disingkat korelasi saja merupakan salah satu teknik korelasi yang
paling banyak digunakan dalam penelitian social. Besarnya angka korelasi
dinyatakan dalam lambing r.[2]
1.
Gunakan
Korelasi PPM
a. Untuk
menyatakan ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antara variabel satu
dengan yang lainnya.
b. Untuk
menyatakan besarnya sumbangan variabel satu terhadap yang lainnya yang
dinyatakan dalam persen. Dengan demikian, maka r2 disebut koefisien
determinasi atau koefisien penetu. Hal ini disebabkan r2 x 100%
terjadi dalam variabel terikat Y yang mana ditentukan oleh variabel X.
2.
Asumsi
Asumsi
ataupun persyaratan yang harus dipenuhio dalam menggunakan korelasi PPM adalah
:
a. Variabel
yang dihubungkan mempunyai data yang berdistribusi normal
b. Variabel
yang dihubungkan mempunyai data linear
c. Variabel
yang dihubungkan mempunyai data yang dipilih secara acak (random)
d. Variabel
yang dihubungkan mempunyai pasangan sama dari subjek yang sama pula (variasi
skor variabel yang dihubungkan harus sama)
e. Variabel
yang dihubungkan mempunyai data interval atau rasio
3.
Kelayakan
Nilai r
a. Batas
nilai r
Nilai
r terbesar ialah +1, dan terkecil ialah -1 sehingga dapat ditulis . Untuk r = +1 disebut hubungannya
positif sempurna dan hubungannya linier langsung sangat tinggi. Sebaliknya jika
r = -1 disebut hubungannya negatif sempurna dan hubungannya tidak langsung (indirect) sangat tinggi yang disebut inverse.
b. Hanya
untuk hubungan linear saja
c. Tidak
berlaku untuk sampel dengan varian = 0, karena z tidak dapat dihitung dan
akhirnya r tidak dapat dihitung juga.
d. r
tidak mrmpunyai satuan (dimensi)
jika
r = +1 diberi makna adalah hubungan kedua variabel adalah linier, positif dan
sangat tinggi, dan jika r = -1, diberi arti hubungan kedua variabel adalah
linier, negative dan sangat tinggi , dan jika r= -1, diberi arti hubungan kedua
variabel adalah linier, negative dan sangat tinggi. Bagaimana jika nilai r
terdapat diantara -1 dengan +1, misalnya +0.7, +0,01, -0,5, -0,2. Untuk
menjawab pertanyaan ini, maka makna dari r yang kita hitung dapat
dikonsultasikan dengan tabel di bawah ini.
TABEL
X.4
INTERPRESENTASI
DARI NILAI r
r
|
Interpresentasi
|
0
0,01-0,20
0,21-0,40
0,41-0,60
0,61-0,80
0,81-0,99
1
|
Tidak
berkorelasi
Sangat
rendah
Rendah
Agak
rendah
Cukup
Tinggi
Sangat
tinggi
|
e. Macam
nilai r
Setelah
kita menhitung nilai r dari sekian banyak penelitian, akhirnya dapat
disimpulkan bahwa niali r itu dapat dibedakan atas lima macam yaitu : +1, +0….,
0, -0….., dan -1.
Atau
dengan kata lain, harga maksimal r
adalah +1 dan harga minimal adalah -1, yang kalau ditulis dalam bentuk
matematis menjadi
4.
Menghitung
Nilai r
Sebelum
macam-macam nilai r diberikan, maka terlebih dahulu disajikan cara untuk
mendapatkan atau menghitung nilai r itu sendiri. Cara menhitung nilai r ada
empat yaitu :
a. Tabel
biasa
b. Tabel
peta korelasi
c. Tabel
distribusi frekuensi
d. Kalkulator
dan computer
Berikut
ini dibatasi pada perhitungan korelasi dengan menggunakan tabel biasa saja,
sebab tabel peta korelasi dan tabel distribusi frekuensi sudah banyak
ditinggalkan orang karena terlalu sulit. Sedangkan perhitungan r dengan
kalkulator dan computer sangatlah ditentukan oleh spesifikasi masing-masing
yang dibahas dalam buku tersendiri.
Penggunaan
tabel biasa untuk menghitung korelasi merupakan dasar untuk menerapkan rumus
korelasi dan cara ini termasuk yang paling mudah dibandingkan dengan kedua
tabel di atas
Langkah-langkah
menghitung r dengan menggunakan bantuan table biasa adalah sebagai berikut:
1) Asumsikan
bahwa persyaratan untuk menggunakan analisis koreloasi PPM telah terpenuhi.
2) Tulis
Ha dan H0 dalam kalimat
3) Tulis
Ha dan H0 dalam bentuk statistik
4) Buatlah
table penolong untuk menhitung r dengan table berikut ini.
Tabel X.5
PENOLONG UNTUK MENGHITUNG r
No.
Resep
|
Xi
|
Yi
|
x
|
y
|
xy
|
||
1
2
3
.
.
n
|
|||||||
0
|
0
|
5) cari dengan menggunakan
rumus :
atau
atau
atau
atau
atau
atau
atau
atau
atau
6) Tetapkan
taraf signifikansinya.
7) Tentukan
kriteria pengujian signifikan korelasi yaitu:
Ha : tidak signifikan
H0 : signifikan
8) Tentukan
dk dengan rumus = n-2
Dengan
taraf signifikansi seperti langkah 4) dan N tabel tersebut dengan
menggunakan table r kritis Pearson didapat nilai r tabel
9) Bandingkan
t hitung dengn t tabel dan kosultasikan
dengan kriteria langkah 7) tadi, variabel x terhadap y.
10) Buatlah
kesimpulan nya
11) Jika
diminta, maka hitunglah besarnya sumbangan variabel x terhadap y
Catatan
:
Jika
tidak ingin menggunakan r tabel maka uji signifikan r, dapat pula menggunakan ttabel, sebagai pengganti langkah
5), 7), 8), 9) sebagai berikut:[3]
5) Cari t hitung dihitung dengan
rumus:
7) Tentukan kriteria pengujian signifikan korelasi yaitu:
Jika , maka H0
diterima atau korelasinya tidak signifikan .
8)
Tentukan dk dengan rumus : dk =n-2
Dengan taraf signifikan seperti langkah 4) dan dengan menggunakan tabel
t didapat nilai ttabel.
9)
Bandingkan thitung dengan t tabel dan konsultasikan dengan
kriteria langkah 7) tadi, variabel x terhadap y.
5.
Contoh
Soal Nomor 1
Diketahui
terdapat 5 responden untuk variabel :
X
|
Y
|
1
2
3
4
5
|
4
3
5
7
6
|
Buktikan
bahwa kedua variabel itu mempunyai hubungan linier yang positif.
Jawab
:
Langkah-langkahnya
:
1) Buktikan
atau asumsikan bahwa kedua variabel itu mempunyai data yang normal dan dipilih
secara acak.
2) Ha
dan H0 dalam bentuk kalimat
·
Ha : Terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara variabel X dan Y
·
H0 : Tidak terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara variabel X dan Y
3) Hipotesis
statistic
·
Ha : r 0
·
H0 : r = 0
4) Buatlah
tabel sebagai penolong untuk menghitung r.
Tabel X.6
PENOLONG UNTUK MENGHITUNG r
No.
Resep
|
Xi
|
Yi
|
x
|
y
|
xy
|
||
1
2
3
4
5
|
1
2
3
4
5
|
4
3
5
7
6
|
-2
-1
0
1
2
|
-1
-2
0
2
1
|
4
1
0
1
4
|
1
4
0
4
1
|
2
2
0
2
2
|
=5
|
0
|
0
|
=10
|
=10
|
= 8
|
5)
6) Tetapkan
taraf signifikannya (yaitu )
7) Kriteria
pengujian signifikansi korelasi yaitu:
Ha :
tidak signifikan
H0 :
signifikan
8) dk
rumus = n-2 =5-2 =3
dengan dk dari tabel r
kritis Pearson didapat nilai r tabel = 0,878.
9)
Ternyata -0,878 <
0,800 < 0,878 atau –r tabel< r hitung< r tabelsehingga H0 ditolak atau korelasinya tidak
signifikan.
10)
Kesimpulan : hubungan antara variable X terhadap Y ternyata positif
(cukup) dan tidak signifikan.
11)
Jika diminta, maka besarnya sumbangan variable Y terhadap Y adalah:
0,8002 x 100% = 64%, sedangkan sisanya yang 34% ditentukan oleh
variable lainnya.
Catatan
:
Jika tidak ingin menggunakan r tabel,
maka dapat diuji signifikansi r, dapat pula menggunakan t tabel,
sebagai pengganti langkah 5), 7), 8),9). Langkah-langkahnya sebagai berikut :
5)
thitung dicari dengan rumus:
7)
Tentukan kriteria pengujian signifikansi korelasi yaitu:
Jika
, maka H0
diterima atau korelasinya tidak signifikan.
8)
dk = n-2 =5-2 =3
Dengan taraf signifikansi seperti langkah 4) maka dari tabel t didapat t
tabel=3,182.
9)
Ternyata -3,182 < 2,300
<3,182 atau , sehingga H0
diterima atau korelasinya tidak signifikan.
Contoh
Soal Nomor 2 :
Diketahui data jumlah SKS dan IPK mahasiswa :
Jumlah
SKS yang diambil
|
IPK
yang didapat
|
10
10
15
10
5
|
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
|
Pertanyaan
:
Adakah
hubungan yang signifikan antara jumlah SKS yang diambil dengan IPK yang
didapat?
Jawab
:
1) Buktikan
atau asumsikan bahwa kedua variabel itu mempunyai data yang normal dan dipilih
secara acak.
2) Ha
dan H0 dalam bentuk kalimat
·
Ha : Terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara jumlah SKS dengan
IPK
·
H0 : Tidak terdapat hubungan
yang positif dan signifikan antara jumlah SKS
dengan IPK
3) Hipotesis
statistic
·
Ha : r 0
·
H0 : r = 0
4) Buatlah
tabel sebagai penolong untuk menghitung r.
Tabel
X.7
PENOLONG
UNTUK MENGHITUNG r
No.
Resep
|
Xi
|
Yi
|
|||||
1
2
3
4
5
|
10
10
15
10
5
|
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
|
0
0
5
0
-5
|
1,00
0,50
0
-0,50
-1,00
|
0
0
1,42
0
-1,42
|
1,26
0,63
0
-0,63
-1,26
|
0
0
0
0
1,78
|
=10
|
=2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1,78
|
5)
6) Tetapkan taraf signifikannya (yaitu )
7) Kriteria pengujian signifikansi korelasi yaitu:
·
Ha :
tidak signifikan
·
H0 :
signifikan
8) dk rumus = n-2 =5-2 =3
dengan
dk dari tabel r
kritis Pearson didapat nilai r tabel = 0,878.
9) Ternyata -0,878 < 0,356< 0,878 atau –r tabel<
r hitung< r tabel sehingga H0 ditolak atau korelasinya tidak
signifikan.
10) Kesimpulan
: hubungan antara variable X terhadap Y ternyata positif (cukup) dan tidak
signifikan.
11) Jika
diminta, maka besarnya sumbangan variable Y terhadap Y adalah: 0,3562
x 100% = 13%, sedangkan sisanya yang 87% ditentukan oleh variable lainnya.
Catatan
:
Jika tidak ingin menggunakan r tabel,
maka dapat diuji signifikansi r, dapat pula menggunakan t tabel,
sebagai pengganti langkah 5), 7), 8),9). Langkah-langkahnya sebagai berikut :
5)
thitung dicari dengan rumus:
7)
Tentukan kriteria pengujian signifikansi korelasi yaitu:
Ha : tidak signifikan H0 : signifikan
Jika
, maka H0
diterima atau korelasinya tidak signifikan.
8)
dk = n-2 =5-2 =3
Dengan taraf signifikansi seperti langkah 4) maka dari tabel t didapat t
tabel=3,182.
9)
Ternyata -3,182 < 2,300
<3,182 atau , sehingga H0
diterima atau korelasinya tidak signifikan.
Pada tabel X.6 berikut ini diberikan
contoh dari empat macam korelasi dan makna dari setiap macam nilai r.
No
|
Data
X
|
Data
Y
|
Gambar
Grafik r
|
Interpresentasi
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|||||
I
|
1
2
3
4
5
|
3
4
5
6
7
|
+1
|
7
6
5
4
3
2
1
0
|
1. Korelasi
Posistif
2. Tergolong
sangat tinggi (Sempurna)
3. Indeks
determinasi = 12 x 100% = 100%
4. X
naik dan Y naik atau X turun Y turun (seimbang)
|
|||||
II
|
1
2
3
4
5
|
4
3
5
7
6
|
+0,80
|
7
6
5
4
3
2
1
0
|
1.
Korelasi Posistif
2.
Tergolong tinggi
3.
Indeks determinasi = 0,82 x 100% = 64%, artinya sumbangan X
terhadap Y= 64% sisanya (34%) oleh variable lainnya.
4.
X naik Y naik X turun Y turun
|
|||||
III
|
1
2
3
4
5
|
4
7
5
3
6
|
0
|
7
6
5
4
3
2
1
0
|
1.
Korelasi tidak ada
2.
Tergolong tidak ada
3.
Indeks determinasi 0% (tidak ada)
4.
X naik belum tentu Y naik atau turun
|
|||||
IV
|
1
2
3
4
5
|
6
7
5
3
4
|
-0,80
|
7
6
5
4
3
2
1
0
|
1.
Korelasi negative
2.
Tergolong tinggi
3.
Sumbangan X terhadap Y 64%, sisanya yang 36% ditentukan variable lainnya.
4.
X naik Y turun, X turun Y naik
|
|||||
V
|
1
2
3
4
5
|
7
6
5
4
3
|
-1
|
7
6
5
4
3
2
1
0
|
1.
Korelasi negatif sempurna
2.
tergolong sangat tinggi
3.
sumbangan X terhadap Y 100%
4.
X naik Y turun atau X turun Y naik
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Korelasi
ialah salah satu teknik analisis statistic yang dipakai untuk menghubungkan dua
variable atau lebih. Hubungan antar variable bukanlah dalam arti sebab akibat.
Dalm korelasi dikenal variable bebas (X) dan variable terikat (Y). Variabel X
dan Y ini terdiri atas berbagai data, sehingga macam korelasi yang dipakai
ditentukan oleh jenis-jenis data yang akan kita hubungkan. Sehingga akhirnya
dikenal sekurang-kurangnya ada 10 macam teknik korelasi. Dalam korelasi PPm
dikenal besarnya amgka arau koefisien yang disebut r.
Langkah-langkah
menghitung besarnya r :
a) Mempunyai
arah positif, nol dan negative
b) Dikonsultasikan
dengan tabel interprestasi untuk menentukan golongan , apakah termasuk sangat
tinggi, tinggi dan seterusnya.
c) Menentukan
apakah data yang diperoleh signifikan
atau tidak
d) Menentukan
besarnya sumbangan variabek X terhadap Y dan indeks determinasi atau derajat
keterikatan.
B.
Saran
Makalah ini kami susun
agar memberikan manfaat yang besar bagi para
pembaca. Kami berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian
sehingga dapat memberikan lebih kejelasan bagi para pembaca tentang sub bab
yang telah kami bahas. Kemudian menurut hemat kami, makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kami berharap kesedian bagi para pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun, penulis harapkan semoga menjadi hasil
yang terbaik dan lebih sempurna di kemudian hari
DAFTAR PUSTAKA
Husaini
Usman. 2006. Pengantar Statistika.Jakarta
: PT Bumi Aksara.
Sudjana.
1989. Metoda Statistika Edisi 5.
Bandung: Tarsito
boleh minta file DOC gak kak?
BalasHapusboleh minta file doc?
BalasHapusMinta file doc kak
BalasHapusminta fil doc nya kak
BalasHapus