BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Pendidikan Islam
Kata
metode berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologi, kata metode berasal dari
dua suku perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos
berarti “jalan” atau “cara”. Menurut Ahmad Husain al-Liqaniy, metode adalah
langkah-langkah yang diambil seorang pendidik guna membantu peserta didik
merealisasikan tujuan tertentu.
Dalam
bahasa Arab, kata metode dikenal dengan istialah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang harus
dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan
pendidikan, maka langkah tersebut harus diwujudkan dalam proses pendidikan
dalam rangka pembentukkan kepribadian peserta didik.
Yang dimaksud dengan metode pendidikan di sini ialah semua cara yang digunakan
dalam upaya mendidik.[2]
Dengan demikin dapat dipahami bahwa metode merupakan cara atau jalan yang
harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.[3]
Pengertian
metode menurut para ahli sebagai berikut:
1. Hasan
Langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus
dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.
2.
Abd. al-Rahman Ghunaimah
mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan
pengajaran.
3. Mohammad Athiyah
al-Abrasy mendefinisikan bahwa metode adalah jalan yang digunakan oleh pendidik
untuk memberikan pengertian kepada peserta didik tentang segala macam materi
dalam berbagai proses pembelajaran.[4]
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa metode memiliki posisi penting dalam mencapai tujuan. Metode adalah cara
yang paling cepat dan tepat dalam memperoleh tujuan yang diinginkan. Jika metode dapat dikuasi maka akan memudahkan jalan dalam
mencapai tujuan pendidikan Islam.
B. Tujuan, Tugas, dan Fungsi Metode Pendidikan
Islam
Tujuan
diadakan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar ajaran
islam lebih berdaya guna dan berhasil guna dan menimbulkan kesadaran peserta
didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan
gairah belajar peserta didik secara mantap.
Fungsi
metode pendidikan islam adalah mengarahkan keberhasilan belajar, memberi
kemudahan kepada peserta didik untuk belajar berdasarkan minat, serta mendorong
usaha kerja sama dalam kegiatan belajar mengajar antara pendidik dengan peserta
didik, disamping itu fungsi metode pendidikan
adalah memberi inspirasi pada peserta didik melalui proses hubungan yang
serasi antara pendidik dan peserta didik yang seiring dengan tujuan pendidikan
islam.[5]
Tugas
utama metode pendidikan islam adalah mengadakan aplikasi prinsip-prinsip
psikologis dan paedagogis sebagai kegiatan antar hubungan pendidikan yang
terealisasi melalui penyampaian keterangan dan pengetahuan agar siswa
mengetahui, memahami, menghayati dan meyakini materi yang diberikan, serta
meningkatkan keterampilan olah pikir. Selain itu, tugas utama metode adalah
membuat perubahan dalam sikap dan minat serta memenuhi nilai dan norma yang
berhubungan dengan pelajaran dan perubahan dalam pribadi dan bagaimana
faktor-faktor tersebut diharapkan menjadi pendorong ke arah perbuatan nyata.[6]
C. Prosedur Memilih Metode Pendidikan
1.
Tujuan Pendidikan
Islam
Faktor ini di gunakan untuk menjawab
pertanyaan untuk apa pendidikan itu dilaksanakan. Tujuan pendidikan mencakup
tiga aspek, yaitu aspek kognitif (pembinaan akal pikiran, seperti kecerdasan,
kepandaian, daya nalar), aspek afektif (pembinaan hati, seperti pengembangan
rasa, kesadaran, kepekaan emosi dan kematangan spiritual), aspek psikomotorik
(pembinaan jasmani, seperti badan sehat, mempunyai keterampilan).
2.
Peserta
Didik
Faktor ini
di gunakan untuk menjawab pertanyaan untuk apa dan bagaimana metode itu mampu
mengembangkan peserta didik dengan mempertimbangkan berbagai tingkat
kematangan, kesanggupan yang dimilikinya.
3.
Situasi
Faktor
ini di gunakan untuk menjawab pertanyaan bagaimana serta kondisi lingkunganya
yang mempengaruhinya.
4.
Fasilitas
Faktor ini di
gunakan untuk menjawab pertanyaan di mana dan bilamana termasuk juga berbagai
fasilitas dan kuantitasnya.
5.
Pribadi Pendidik
Faktor ini digunakan untuk menjawab pertanyaan
oleh siapa serta kompetensi dan kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.[7]
Tapi kalau kita lihat pada fakta
yang terjadi, banyak sekali pendidik kita saat ini, ketika memilih metode itu
tidak mempertimbangkan kelima faktor diatas. Inilah yang membuat proses
pembelajaran tidak berjalan dengan baik, sehingga peserta didik tidak memahami
pelajaran yang diajarkan dan merasa jenuh atau bosan ketika mengikuti proses
pembelajaran. Misalnya, ketika mengajar anak SD menggunakan metode diskusi,
seharusnya metode ini kurang cocok untuk diterapkan kepada anak SD, karena anak
SD belum bisa berdiskusi yang banyak menggunakan analisa, sebaiknya metode
diskusi ini diterapkan pada anak tingkatan SMA ataupun mahasiswa.
Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwasanya untuk memilih suatu metode pembelajaran itu haruslah
mempertimbangkan lima faktor diatas, agar metode yang digunakan itu bisa
membuat peserta didik lebih menghayati dan memahami pelajaran yang diajarkan
dengan baik dan benar.
D. Asas-asas Pelaksanaan Metode
Pendidikan Islam
1. Asas Motivasi
Pendidik harus berusaha membangkitkan minat
peserta didiknya sehingga seluruh perhatian mereka tertuju dan terpusat pada
bahan pelajaran yang sedang disajikan.
2. Asas Aktivitas
Dalam proses belajar mengajar pendidikan
peserta didik harus diberikan kesempatan untuk mengambil bagian yang aktif,
baik rohani maupun jasmani, terhadap pengajaran yang akan diberikan, secara
individual maupun kolektif.
3. Asas Apersepsi
Mengalami dalam proses belajar berarti
menghayati suatu situasi aktual yang sekaligus menimbulkan respons-respons
tertentu dari pihak peserta didik, sehingga memperoleh perubahan pola tingkah
laku (pematangan dan kedewasaan), perubahan dalam perbendaharaan konsep-konsep
(pengertian), dan kekayaan akan informasi.
4. Asas Peragaan
Pendidik memberikan variasi dalam cara-cara
mengajar dengan mewujudkan bahan-bahan yang diajarkan secara nyata, baik dalam
bentuk aslinya maupun tiruan (model-model), sehingga peserta didik dapat
mengamati dengan jelas dan pengajaran lebih tertuju untuk mencapai hasil yang
diinginkan.[8]
5. Asas Ulangan
Asas yang merupakan usaha untuk mengetahui
taraf kemajuan atau keberhasilan belajar peserta didik dalam aspek pengetahuan,
keterampilan, serta sikap setelah mengikuti pengajaran sebelumnya.
6. Asas Korelasi
Peristiwa belajar mengajar adalah menyeluruh,
mencakup berbagai dimensi yang kompleks yang saling berhubungan.
7. Asas Konsentrasi
Asas
yang memfokuskan pada suatu pokok masalah tertentu dari keseluruhan bahan
pelajaran untuk melaksanakan tujuan pendidikan serta memperhatikan peserta
didik dalam segala aspeknya.
8. Asas Individualisasi
Asas yang memperhatikan perbedaan-perbedaan
individu, baik pembawaan dan lingkungan yang meliputi seluruh pribadi peserta
didik, seperti perbedaan jasmani, watak, intelegensi, bakat, serta lingkungan
yang mempengaruhinya.
9. Asas Sosialisasi
Asas yang memperhatikan penciptaan suasana
sosial yang dapat membangkitkan semangat kerja sama antara peserta didik dengan
pendidik atau sesama peserta didik dan masyarakat sekitarnya.
10. Asas Evaluasi
Asas yang memperhatikan hasil dari penilaian
terhadap kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai feedback pendidik dalam memperbaiki cara mengajar.
11. Asas Kebebasan
Asas yang memberikan keleluasaan keinginan dan
tindakan bagi peserta didik dengan dibatasi atas kebebasan yang mengacu pada
hal-hal yang positif.[9]
12. Asas Lingkungan
Asas yang menentukan metode dengan berpijak
pada pengaruh lingkungan akibat interaksi dengan lingkungan.
13. Asas Globalisasi
Asas sebagai akibat psikologi totalitas, yaitu
peserta didik bereaksi terhadap lingkungan secara keseluruhan, tidak hanya
secara intelektual, tetapi juga secara fisik, sosial dan sebagainya.
14. Asas Pusat-Pusat Minat
Asas yang
memperhatikan kecenderungan jiwa yang tetap kejurusan suatu hal yang berharga
bagi seseorang.
15. Asas Keteladanan
Pada fase-fase tertentu, peserta didik
memiliki kecenderungan belajar lewat peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah
laku orang disekitarnya.
16. Asas Pembiasaan
Asas yang memperhatikan kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan oleh peserta didik.[10]
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwasanya apapun bentuk metode yang di gunakan oleh pendidik untuk diterapkan
kapada peserta didik haruslah mengacu pada asas-asas yang telah disebutkan
diatas, agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien.
E. Dasar Metode Pendidikan Islam
1. Dasar Agamis
Al-Quran dan hadits tidak bisa dilepaskan dari
pelaksanaan metode pendidikan islam. Dalam kedudukannya sebagai dasar ajaran
islam, maka dengan sendirinya, metode pendidikan islam harus merujuk pada kedua
sumber ajaran tersebut.
2. Dasar Biologis
Perkembangan biologis manusia mempunyai
pengaruh dalam perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis perkembangan
biologi seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula daya
intelektualnya. Dalam memberikan pendidikan dan pengajaran dalam pendidikan
islam , seorang pendidik harus memperhatikan perkembangan biologis peserta
didik.
3. Dasar Psikologis
Metode pendidikan islam baru dapat di terapkan
secara efektif bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis peserta
didiknya.
4. Dasar Sosiologis
Interaksi yang terjadi antara sesama peserta
didik dan interaksi antara pendidik dan
peserta didik, merupakan interaksi timbal balik dan saling memberikan dampak
pada keduanya.[11]
F. Prinsip Metode Pendidikan Islam
Dalam
penggunaannya, metode pendidikan islam perlu memperhatikan prinsip-prinsip yang
mampu memberikan pengarahan dan petunjuk tentang pelaksanaan metode pendidikan
tersebut. Dengan prinsip-prinsip ini diharapkan metode pendidikan islam dapat
berjalan dengan lebih efektif dan efisien dengan tidak menyimpang dari tujuan
semula pendidikan islam. Oleh karena itu seorang pendidik perlu memperhatikan
prinsip-prinsip metode pendidikan, sehingga pendidik mampu menerapkan metode
yang pas dan cocok sesuai dengan kebutuhannya.[12] Diantara prinsip-prinsip di
dalam memilih metode pendidikan adalah:
1.
Prinsip
Kemudahan
Metode pendidikan yang di gunakan oleh
pendidik pada dasarnya adalah menggunakan sebuah cara yang memberikan kemudahan
bagi peserta didik untuk menerapkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan
sekaligus mengidentifikasi dirinya dengan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan
keterampilan tersebut.
2.
Prinsip Berkesinambungan
Karena dengan asumsi bahwa pendidikan islam
adalah sebuah proses yang akan berlangsung terus menerus. Untuk itu, dalam
menggunakan metode pendidikan, seorang pendidik perlu memperhatikan
kesinambungan pelaksanaan pemberian materi.
3.
Prinsip Fleksibel
Dan Dinamis
Metode pendidikan islam harus digunakan dengan
prinsip fleksibel dan dinamis. Sebab, dengan kelenturan dan kedinamisan metode
tersebut, pemakaian metode tidak hanya mononton dengan satu macam metode.[13]
G. Karekteristik Metode Pendidikan
Islam
1.
Keseluruhan proses penerapan metode
pendidikan islam mulai dari pembentukannya, penggunaanya sampai pada
pengembangannya tetap didasarkan pada nilai-nilai asasi islam yang sebagai
ajaran universal.
2.
Proses pembentukan, penerapan dan
pengembangannya tetap tidak dapat di pisahkan dengan konsep al-akhlak al-karimah sebagai tujuan
tertinggi dari pendidikan islam.
3.
Metode pendidikan islam bersifat
luwes dan fleksibel dalam artian senantiasa membuka diri dan dapat menerima
perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang melingkupi proses pendidikan
islam tersebut, baik dari segi peserta didik, pendidik, materi pelajaran dan
lain-lain.
4.
Metode pendidikan islam berusaha
sungguh-sungguh untuk menyeimbang kan antara teori dan praktek.
5.
Metode pendidikan islam dalam
penerapannya menekankan kebebasan peserta didik untuk berkreasi dan mengambil
prakarsa dalam batas-batas kesopanan dan akhlak al-karimah.
6.
Dari segi pendidik, metode
pendidikan islam lebih menekankan nilai-nilai keteladanan dan kebebasan
pendidik dalam menggunakan serta mengkombinasikan berbagai metode pendidikan
yang ada dalam mencapai tujuan pengajaran.
7.
Metode pendidikan islam dalam
penerapannya berupaya menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan bagi
terciptanya interaksi edukatif dan yang kondusif.
8.
Metode pendidikan islam merupakan
usaha untuk memudahkan proses pengajaran dalam mencapai tujuannya secara
efektif dan efisien.[14]
Dari uraian diatas dapat kita
ketahui bahwa begitu mulianya karakter pendidikan islam, oleh karenanya sudah
seharusnya seluruh karekteristik tersebut harus diketahui dan dipahami oleh
para pendidik muslim yang membimbing, mengarahkan, dan membina anak didik
menjadi manusia yang matang atau dewasa dalam kepribadiannya, sehingga
tercerminlah dalam dirinya akhlak yang mulia.
H. Bentuk-bentuk Metode Pendidikan
1.
Metode
Ceramah
Metode ceramah adalah penerangan dan penuturan
secara lisan oleh guru terhadap kelas. Dengan kata lain dapat pula dimaksidkan,
bahwa metode ceramah atau lecturing
itu adalah suatu cara penyajian atau penyampaian informasi melalui penerangan
dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap siswanya, dalam memperjelas
penyajiannya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu, seperti: bendanya,
gambarnya, sket, peta, dan sebagainya.
2.
Metode Tanya
Jawab
Ialah suatu cara mengajar dimana seorang guru
mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik tentang bahan pelajaran
yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca sambil memperhatikan
proses berfikir diantara peserta didik.
3.
Metode Demonstarasi
Istilah demonstrasi dalam pengajaran dipakai
untuk menggambarkan suatu cara mengajar pada umumnya penjelasan verbal dengan
suatu kerja fisik atau pengoperasian peralatan barang atau benda. Kerja fisik
itu telah dilakukan atau peralatan itu telah dicoba lebih dahulu sebelum di
demonstrasikan. Orang yang mendemonstrasi (guru, peserta didik, orang luar)
mempertunjukkan sambil menjelaskan tentang sesuatu yang didemonstrasikan.[15]
4.
Metode
Eksprimen
Metode eksprimen adalah apabila seorang
peserta didik melakukan suatu percobaan, setiap proses dan hasil percobaan itu
di amati oleh setiap peserta didik. Misalnya: di bangku setiap peserta didik
diletakkan segelas air kemudian kedalam gelas itu dimasukkan sesendok gula.
Kemudian apa yang terjadi gula itu melarut dan menghilang didalam air,
sedangkan zatnya tetap ada.
5.
Metode Diskusi
Dalam pengertian yang umum, diskusi ialah
suatu proses yang melibatkan dua atau lebih individu yang berintegrasi secara
verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah
tertentu melalui cara tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat atau
pemecahan masalah.
6.
Metode Sosio
Drama Dan Bermain Peran
Ialah penyajian bahan dengan cara
memperlihatkan peragaan, baik dalam bentuk uraian maupun kenyataan. Semuanya
berbentuk tingkah laku dalam hubungan sosio yang kemudian diminta beberapa
orang peserta didik untuk memerankannya.[16]
7.
Metode Pemecahan
Masalah
Ialah suatu cara menyajikan pelajaran dengan
mendorong peserta didik untuk mencari dan memecahkan suatu masalah dalam rangka
pencapaian tujuan pengajaran.[17]
8.
Metode Kerja
Kelompok
Ialah penyajian materi dengan cara pemberian
tugas-tugas untuk mempelajari sesuatu kepada kelompok-kelompok belajar yang
sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan.[18]
Setiap metode ini tidak ada yang
sempurna, pasti memiliki kelebihan dan kelemahan, jadi pendidik bisa
mengkabolarasikan antara metode satu dengan metode yang lain ketika mengajar,
karena metode itu tidak bisa berdiri sendiri, antara metode satu dengan yang
lain saling berhubungan.
Menurut al-Nahlawi, metode untuk
menanamkan rasa iman[19] dan dapat
menyentuh perasaan[20] ialah
sebagai berikut:
1.
Metode hiwar (percakapan) Qurani dan Nabawi
2.
Metode kisah Qurani dan Nabawi
3.
Metode amtsal (perumpamaan)
4.
Metode keteladanan
5.
Metode pembiasaan
6.
Metode ‘ibrah (pelajaran) dan mau’izah
(peringatan)
7.
Metode targhib (mendidik dengan membuat senang) dan tarhib (membuat takut)[21][21]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak
terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan
guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai
oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian
rupa dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat agar siswa dapat
memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada
gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Selain metode, evaluasi juga sangat
penting dalam pendidikan, karna evaluasi merupakan hal yang tak terpisahkan
dalam kehidupan ini, seseorang tidak akan mungkin dapat merubah dirinya menjadi
yang lebih baik jika ia belum mengevaluasi dirinya. Begitu halnya dengan
pendidikan islam, evaluasi merupakan hal yang tidak terpisahkan untuk mencapai
tujuan, karena sesungguhnya, pendidikan islam akan mengalami perubahan kearah
B. Saran
Penulis menyadari akan kekurangan
makalah ini, oleh sebab itu diharapkan kepada pembaca untuk dapat memberi
kritik dan saran yang konstruktif dalam rangka penyempurnaan makalah ini. Akhirnya, kepada Allah jualah penulis menyerahkan diri serta memohon taufik
dan hidayah-Nya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib dan
Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kencana, 2008)
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,
(Jakarta:Ciputat Pers, 2002)
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta:Kalam Mulia, 2008)
5 Abdul
Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kencana,
2008), h. 167-168
6
Ibid.,
h.168
11
Ramayulis dan Samsul Nizar, Op.Cit., h.216-219
14
Samsul Nizar, Filsafat
Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002), h.70-71
15
Ramayulis, Metodologi
Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2008), h.269-281
16
Ibid.,
h.285-309
17
Ibid.,
h.325
19
Ahmad Tafsir, Op.Cit.,
h.135
20
Ramayulis dan Samsul Nizar, Op.Cit., h.224