Sudah terlalu lama aku tidak menulis. Aaah, pantas saja tanganku
terasa sedikit kaku. Tinta penapun sepertinya sudah tak secerah dulu.
Entah sudah berapa banyak tinta yang kuhabiskan. Entah sudah berapa
banyak goresan yang aku torehkan. Tapi tetap saja aku merasa sedikit
rancu. Atau malah lucu? Waah, lantaiku ternyata sudah terpenuhi dengan
gumpalan-gumpalan kertas kusut. Tak hanya satu atau dua, mungkin puluhan
atau sudah sampai ratusan? Ada apa ini? Apa aku sudah lupa bagai
mana
caranya menulis? Atau mungkin karna aku tak terbiasa? Ku genggam
pergelangan tanganku, terasa sedikit bergetar. Ku tatap beberapa pena
yang tergeletak diatas meja, aku bahkan lupa kapan terakhir kali
menggunakannya. Ku lirik berhelai-helai kertas yang berserak, mereka
masih polos, menunggu untuk kusentuh dan itu semakin membuatku pilu.
Suasana dimeja itupun terasa berbeda, -tak semenyenangkan dulu. Dulu,
aku berjalan cepat, aah katakan saja itu berlari hanya untuk menyapa
meja itu. Tapi saat ini rasanya aku sedikit enggan. Sudah lama kami tak
bertatap mata. Sudah lama kami tak beradu suara. Waah, aku mulai rindu
derit dari suara mata penaku yang menggores kertas. Suara tarikan
helaian kertas. Bahkan suara gesekan mata penaku yang mengelus meja.
Tapi tetap saja, betapapun aku merindu, tak ada satupun kalimat indah
yang dapat kutorehkan. Yang keluar hanyalah potongan-potongan kata yang
terasa hambar, basi! Tak ada yang bisa membuat mengharu biru, rasanya
seperti sudah terlalu sering dijejali dengan kata-kata itu. Bagaimana
ini? Aku sangat rindu ingin menulis. Sudah lama tumpukan kertas dalam
petiku tak bertambah. Sedang tumpukan kertas dimejaku sudah terlalu
usang, tapi sayang jika harus dibuang. Pena-pena dalam lacipun sudah tak
bisa digunakan. Tintanya mengeras, dan memudar. Ku ratapi mereka semua.
Setetes air membasahi sehelai kertas yang bertuliskan huruf M, tepat
diatasnya. Tintanya merebak, dan menghilang. Kutorehkan kembali penaku.
Kertas itu sudah sedikit terisi, nyaris setengahnya. Tapi tetesan air
itu tak kunjung berhenti membahasi. Semuanya merebak. Melumer. Menguap.
Menghilangkan setiap abjad yang tersusun cukup indah. Kutarik kertas
itu, kuremas sambil terisak dan kuhempaskan kelantai. Ternyata nasibnya
sama dengan kertas-kertas yang tergumpal itu. Aaah, ini cukup
menyakitkan. Karna seberapapun keras kucoba, nyatanya, tak selembarpun
tulisan yang bisa kuhasilkan. Dan apa ini? Anggap saja seperti gumpalan
kertas dilantai yang terbuang.~
_SelamatMalam
Dari aku, sebatang coklat yang meluluhkan hati dan melumerkan rasa, yang mampu
membuatmu candu akan; rindu.~
0 komentar:
Posting Komentar