Minggu, 12 Februari 2017

Apa Ini?~


Sudah terlalu lama aku tidak menulis. Aaah, pantas saja tanganku terasa sedikit kaku. Tinta penapun sepertinya sudah tak secerah dulu. Entah sudah berapa banyak tinta yang kuhabiskan. Entah sudah berapa banyak goresan yang aku torehkan. Tapi tetap saja aku merasa sedikit rancu. Atau malah lucu? Waah, lantaiku ternyata sudah terpenuhi dengan gumpalan-gumpalan kertas kusut. Tak hanya satu atau dua, mungkin puluhan atau sudah sampai ratusan? Ada apa ini? Apa aku sudah lupa bagaimana caranya menulis? Atau mungkin karna aku tak terbiasa? Ku genggam pergelangan tanganku, terasa sedikit bergetar. Ku tatap beberapa pena yang tergeletak diatas meja, aku bahkan lupa kapan terakhir kali menggunakannya. Ku lirik berhelai-helai kertas yang berserak, mereka masih polos, menunggu untuk kusentuh dan itu semakin membuatku pilu. Suasana dimeja itupun terasa berbeda, -tak semenyenangkan dulu. Dulu, aku berjalan cepat, aah katakan saja itu berlari hanya untuk menyapa meja itu. Tapi saat ini rasanya aku sedikit enggan. Sudah lama kami tak bertatap mata. Sudah lama kami tak beradu suara. Waah, aku mulai rindu derit dari suara mata penaku yang menggores kertas. Suara tarikan helaian kertas. Bahkan suara gesekan mata penaku yang mengelus meja. Tapi tetap saja, betapapun aku merindu, tak ada satupun kalimat indah yang dapat kutorehkan. Yang keluar hanyalah potongan-potongan kata yang terasa hambar, basi! Tak ada yang bisa membuat mengharu biru, rasanya seperti sudah terlalu sering dijejali dengan kata-kata itu. Bagaimana ini? Aku sangat rindu ingin menulis. Sudah lama tumpukan kertas dalam petiku tak bertambah. Sedang tumpukan kertas dimejaku sudah terlalu usang, tapi sayang jika harus dibuang. Pena-pena dalam lacipun sudah tak bisa digunakan. Tintanya mengeras, dan memudar. Ku ratapi mereka semua. Setetes air membasahi sehelai kertas yang bertuliskan huruf M, tepat diatasnya. Tintanya merebak, dan menghilang. Kutorehkan kembali penaku. Kertas itu sudah sedikit terisi, nyaris setengahnya. Tapi tetesan air itu tak kunjung berhenti membahasi. Semuanya merebak. Melumer. Menguap. Menghilangkan setiap abjad yang tersusun cukup indah. Kutarik kertas itu, kuremas sambil terisak dan kuhempaskan kelantai. Ternyata nasibnya sama dengan kertas-kertas yang tergumpal itu. Aaah, ini cukup menyakitkan. Karna seberapapun keras kucoba, nyatanya, tak selembarpun tulisan yang bisa kuhasilkan. Dan apa ini? Anggap saja seperti gumpalan kertas dilantai yang terbuang.~

_SelamatMalam
Dari aku, sebatang coklat yang meluluhkan hati dan melumerkan rasa, yang mampu
membuatmu candu akan; rindu.~
 

Donatteea Template by Ipietoon Cute Blog Design