Senin, 02 Januari 2017

PEMIKIRAN FILOSOFIS TENTANG METODE DAN EVALUASI PENDIDIKAN


BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Metode Pendidikan Islam
            Kata metode berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologi, kata metode berasal dari dua suku perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”. Menurut Ahmad Husain al-Liqaniy, metode adalah langkah-langkah yang diambil seorang pendidik guna membantu peserta didik merealisasikan tujuan tertentu.
            Dalam bahasa Arab, kata metode dikenal dengan istialah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan pendidikan, maka langkah tersebut harus diwujudkan dalam proses pendidikan dalam rangka pembentukkan kepribadian peserta didik.[1] Yang dimaksud dengan metode pendidikan di sini ialah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik.[2] Dengan demikin dapat dipahami bahwa metode merupakan cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.[3]
            Pengertian metode menurut para ahli sebagai berikut:
1.      Hasan Langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.
2.      Abd. al-Rahman Ghunaimah mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.
3.      Mohammad Athiyah al-Abrasy mendefinisikan bahwa metode adalah jalan yang digunakan oleh pendidik untuk memberikan pengertian kepada peserta didik tentang segala macam materi dalam berbagai proses pembelajaran.[4]
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode memiliki posisi penting dalam mencapai tujuan. Metode adalah cara yang paling cepat dan tepat dalam memperoleh tujuan yang diinginkan. Jika metode dapat dikuasi maka akan memudahkan jalan dalam mencapai tujuan pendidikan Islam.

B.     Tujuan, Tugas, dan Fungsi Metode Pendidikan Islam
            Tujuan diadakan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar ajaran islam lebih berdaya guna dan berhasil guna dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar peserta didik secara mantap.
            Fungsi metode pendidikan islam adalah mengarahkan keberhasilan belajar, memberi kemudahan kepada peserta didik untuk belajar berdasarkan minat, serta mendorong usaha kerja sama dalam kegiatan belajar mengajar antara pendidik dengan peserta didik, disamping itu fungsi metode pendidikan  adalah memberi inspirasi pada peserta didik melalui proses hubungan yang serasi antara pendidik dan peserta didik yang seiring dengan tujuan pendidikan islam.[5]
            Tugas utama metode pendidikan islam adalah mengadakan aplikasi prinsip-prinsip psikologis dan paedagogis sebagai kegiatan antar hubungan pendidikan yang terealisasi melalui penyampaian keterangan dan pengetahuan agar siswa mengetahui, memahami, menghayati dan meyakini materi yang diberikan, serta meningkatkan keterampilan olah pikir. Selain itu, tugas utama metode adalah membuat perubahan dalam sikap dan minat serta memenuhi nilai dan norma yang berhubungan dengan pelajaran dan perubahan dalam pribadi dan bagaimana faktor-faktor tersebut diharapkan menjadi pendorong ke arah perbuatan nyata.[6]

C.    Prosedur Memilih Metode Pendidikan
1.      Tujuan Pendidikan Islam
 Faktor ini di gunakan untuk menjawab pertanyaan untuk apa pendidikan itu dilaksanakan. Tujuan pendidikan mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif (pembinaan akal pikiran, seperti kecerdasan, kepandaian, daya nalar), aspek afektif (pembinaan hati, seperti pengembangan rasa, kesadaran, kepekaan emosi dan kematangan spiritual), aspek psikomotorik (pembinaan jasmani, seperti badan sehat, mempunyai keterampilan).
2.      Peserta Didik
Faktor ini di gunakan untuk menjawab pertanyaan untuk apa dan bagaimana metode itu mampu mengembangkan peserta didik dengan mempertimbangkan berbagai tingkat kematangan, kesanggupan yang dimilikinya.
3.      Situasi
            Faktor ini di gunakan untuk menjawab pertanyaan bagaimana serta kondisi lingkunganya yang mempengaruhinya.
4.      Fasilitas
Faktor ini di gunakan untuk menjawab pertanyaan di mana dan bilamana termasuk juga berbagai fasilitas dan kuantitasnya.
5.      Pribadi Pendidik
 Faktor ini digunakan untuk menjawab pertanyaan oleh siapa serta kompetensi dan kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.[7]

Tapi kalau kita lihat pada fakta yang terjadi, banyak sekali pendidik kita saat ini, ketika memilih metode itu tidak mempertimbangkan kelima faktor diatas. Inilah yang membuat proses pembelajaran tidak berjalan dengan baik, sehingga peserta didik tidak memahami pelajaran yang diajarkan dan merasa jenuh atau bosan ketika mengikuti proses pembelajaran. Misalnya, ketika mengajar anak SD menggunakan metode diskusi, seharusnya metode ini kurang cocok untuk diterapkan kepada anak SD, karena anak SD belum bisa berdiskusi yang banyak menggunakan analisa, sebaiknya metode diskusi ini diterapkan pada anak tingkatan SMA ataupun mahasiswa.
 Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwasanya untuk memilih suatu metode pembelajaran itu haruslah mempertimbangkan lima faktor diatas, agar metode yang digunakan itu bisa membuat peserta didik lebih menghayati dan memahami pelajaran yang diajarkan dengan baik dan benar.


D.    Asas-asas Pelaksanaan Metode Pendidikan Islam
1.      Asas Motivasi
 Pendidik harus berusaha membangkitkan minat peserta didiknya sehingga seluruh perhatian mereka tertuju dan terpusat pada bahan pelajaran yang sedang disajikan.
2.      Asas Aktivitas
 Dalam proses belajar mengajar pendidikan peserta didik harus diberikan kesempatan untuk mengambil bagian yang aktif, baik rohani maupun jasmani, terhadap pengajaran yang akan diberikan, secara individual maupun kolektif.
3.      Asas Apersepsi
 Mengalami dalam proses belajar berarti menghayati suatu situasi aktual yang sekaligus menimbulkan respons-respons tertentu dari pihak peserta didik, sehingga memperoleh perubahan pola tingkah laku (pematangan dan kedewasaan), perubahan dalam perbendaharaan konsep-konsep (pengertian), dan kekayaan akan informasi.
4.      Asas Peragaan
 Pendidik memberikan variasi dalam cara-cara mengajar dengan mewujudkan bahan-bahan yang diajarkan secara nyata, baik dalam bentuk aslinya maupun tiruan (model-model), sehingga peserta didik dapat mengamati dengan jelas dan pengajaran lebih tertuju untuk mencapai hasil yang diinginkan.[8]
5.      Asas Ulangan
 Asas yang merupakan usaha untuk mengetahui taraf kemajuan atau keberhasilan belajar peserta didik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, serta sikap setelah mengikuti pengajaran sebelumnya.
6.      Asas Korelasi
 Peristiwa belajar mengajar adalah menyeluruh, mencakup berbagai dimensi yang kompleks yang saling berhubungan.
7.      Asas Konsentrasi
      Asas yang memfokuskan pada suatu pokok masalah tertentu dari keseluruhan bahan pelajaran untuk melaksanakan tujuan pendidikan serta memperhatikan peserta didik dalam segala aspeknya.



8.      Asas Individualisasi
 Asas yang memperhatikan perbedaan-perbedaan individu, baik pembawaan dan lingkungan yang meliputi seluruh pribadi peserta didik, seperti perbedaan jasmani, watak, intelegensi, bakat, serta lingkungan yang mempengaruhinya.
9.      Asas Sosialisasi
 Asas yang memperhatikan penciptaan suasana sosial yang dapat membangkitkan semangat kerja sama antara peserta didik dengan pendidik atau sesama peserta didik dan masyarakat sekitarnya.
10.   Asas Evaluasi
 Asas yang memperhatikan hasil dari penilaian terhadap kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai feedback pendidik dalam memperbaiki cara mengajar.
11.  Asas Kebebasan
 Asas yang memberikan keleluasaan keinginan dan tindakan bagi peserta didik dengan dibatasi atas kebebasan yang mengacu pada hal-hal yang positif.[9]
12.  Asas Lingkungan
 Asas yang menentukan metode dengan berpijak pada pengaruh lingkungan akibat interaksi dengan lingkungan.
13.  Asas Globalisasi
 Asas sebagai akibat psikologi totalitas, yaitu peserta didik bereaksi terhadap lingkungan secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, sosial dan sebagainya.
14.  Asas Pusat-Pusat Minat
Asas yang memperhatikan kecenderungan jiwa yang tetap kejurusan suatu hal yang berharga bagi seseorang.
15.  Asas Keteladanan
 Pada fase-fase tertentu, peserta didik memiliki kecenderungan belajar lewat peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang disekitarnya.
16.  Asas Pembiasaan
 Asas yang memperhatikan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh peserta didik.[10]
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwasanya apapun bentuk metode yang di gunakan oleh pendidik untuk diterapkan kapada peserta didik haruslah mengacu pada asas-asas yang telah disebutkan diatas, agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien.

E.     Dasar Metode Pendidikan Islam
1.      Dasar Agamis
 Al-Quran dan hadits tidak bisa dilepaskan dari pelaksanaan metode pendidikan islam. Dalam kedudukannya sebagai dasar ajaran islam, maka dengan sendirinya, metode pendidikan islam harus merujuk pada kedua sumber ajaran tersebut.
2.      Dasar Biologis
 Perkembangan biologis manusia mempunyai pengaruh dalam perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis perkembangan biologi seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula daya intelektualnya. Dalam memberikan pendidikan dan pengajaran dalam pendidikan islam , seorang pendidik harus memperhatikan perkembangan biologis peserta didik.
3.      Dasar Psikologis
 Metode pendidikan islam baru dapat di terapkan secara efektif bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis peserta didiknya.
4.      Dasar Sosiologis
 Interaksi yang terjadi antara sesama peserta didik  dan interaksi antara pendidik dan peserta didik, merupakan interaksi timbal balik dan saling memberikan dampak pada keduanya.[11]

F.     Prinsip Metode Pendidikan Islam
            Dalam penggunaannya, metode pendidikan islam perlu memperhatikan prinsip-prinsip yang mampu memberikan pengarahan dan petunjuk tentang pelaksanaan metode pendidikan tersebut. Dengan prinsip-prinsip ini diharapkan metode pendidikan islam dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien dengan tidak menyimpang dari tujuan semula pendidikan islam. Oleh karena itu seorang pendidik perlu memperhatikan prinsip-prinsip metode pendidikan, sehingga pendidik mampu menerapkan metode yang pas dan cocok sesuai dengan kebutuhannya.[12] Diantara prinsip-prinsip di dalam memilih metode pendidikan adalah:
1.      Prinsip Kemudahan
 Metode pendidikan yang di gunakan oleh pendidik pada dasarnya adalah menggunakan sebuah cara yang memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk menerapkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sekaligus mengidentifikasi dirinya dengan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan keterampilan tersebut.
2.      Prinsip Berkesinambungan
 Karena dengan asumsi bahwa pendidikan islam adalah sebuah proses yang akan berlangsung terus menerus. Untuk itu, dalam menggunakan metode pendidikan, seorang pendidik perlu memperhatikan kesinambungan pelaksanaan pemberian materi.
3.      Prinsip Fleksibel Dan Dinamis
 Metode pendidikan islam harus digunakan dengan prinsip fleksibel dan dinamis. Sebab, dengan kelenturan dan kedinamisan metode tersebut, pemakaian metode tidak hanya mononton dengan satu macam metode.[13]

G.    Karekteristik Metode Pendidikan Islam
1.      Keseluruhan proses penerapan metode pendidikan islam mulai dari pembentukannya, penggunaanya sampai pada pengembangannya tetap didasarkan pada nilai-nilai asasi islam yang sebagai ajaran universal.
2.      Proses pembentukan, penerapan dan pengembangannya tetap tidak dapat di pisahkan dengan konsep al-akhlak al-karimah sebagai tujuan tertinggi dari pendidikan islam.
3.      Metode pendidikan islam bersifat luwes dan fleksibel dalam artian senantiasa membuka diri dan dapat menerima perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang melingkupi proses pendidikan islam tersebut, baik dari segi peserta didik, pendidik, materi pelajaran dan lain-lain.
4.      Metode pendidikan islam berusaha sungguh-sungguh untuk menyeimbang kan antara teori dan praktek.
5.      Metode pendidikan islam dalam penerapannya menekankan kebebasan peserta didik untuk berkreasi dan mengambil prakarsa dalam batas-batas kesopanan dan akhlak al-karimah.
6.      Dari segi pendidik, metode pendidikan islam lebih menekankan nilai-nilai keteladanan dan kebebasan pendidik dalam menggunakan serta mengkombinasikan berbagai metode pendidikan yang ada dalam mencapai tujuan pengajaran.
7.      Metode pendidikan islam dalam penerapannya berupaya menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan bagi terciptanya interaksi edukatif dan yang kondusif.
8.      Metode pendidikan islam merupakan usaha untuk memudahkan proses pengajaran dalam mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.[14]

Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa begitu mulianya karakter pendidikan islam, oleh karenanya sudah seharusnya seluruh karekteristik tersebut harus diketahui dan dipahami oleh para pendidik muslim yang membimbing, mengarahkan, dan membina anak didik menjadi manusia yang matang atau dewasa dalam kepribadiannya, sehingga tercerminlah dalam dirinya akhlak yang mulia.

H.    Bentuk-bentuk Metode Pendidikan
1.      Metode Ceramah
 Metode ceramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelas. Dengan kata lain dapat pula dimaksidkan, bahwa metode ceramah atau lecturing itu adalah suatu cara penyajian atau penyampaian informasi melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap siswanya, dalam memperjelas penyajiannya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu, seperti: bendanya, gambarnya, sket, peta, dan sebagainya.
2.      Metode Tanya Jawab
 Ialah suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca sambil memperhatikan proses berfikir diantara peserta didik.


3.      Metode Demonstarasi
 Istilah demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk menggambarkan suatu cara mengajar pada umumnya penjelasan verbal dengan suatu kerja fisik atau pengoperasian peralatan barang atau benda. Kerja fisik itu telah dilakukan atau peralatan itu telah dicoba lebih dahulu sebelum di demonstrasikan. Orang yang mendemonstrasi (guru, peserta didik, orang luar) mempertunjukkan sambil menjelaskan tentang sesuatu yang didemonstrasikan.[15]
4.      Metode Eksprimen
 Metode eksprimen adalah apabila seorang peserta didik melakukan suatu percobaan, setiap proses dan hasil percobaan itu di amati oleh setiap peserta didik. Misalnya: di bangku setiap peserta didik diletakkan segelas air kemudian kedalam gelas itu dimasukkan sesendok gula. Kemudian apa yang terjadi gula itu melarut dan menghilang didalam air, sedangkan zatnya tetap ada.
5.      Metode Diskusi
 Dalam pengertian yang umum, diskusi ialah suatu proses yang melibatkan dua atau lebih individu yang berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah.
6.      Metode Sosio Drama Dan Bermain Peran
 Ialah penyajian bahan dengan cara memperlihatkan peragaan, baik dalam bentuk uraian maupun kenyataan. Semuanya berbentuk tingkah laku dalam hubungan sosio yang kemudian diminta beberapa orang peserta didik untuk memerankannya.[16]
7.      Metode Pemecahan Masalah
 Ialah suatu cara menyajikan pelajaran dengan mendorong peserta didik untuk mencari dan memecahkan suatu masalah dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran.[17]
8.       Metode Kerja Kelompok
 Ialah penyajian materi dengan cara pemberian tugas-tugas untuk mempelajari sesuatu kepada kelompok-kelompok belajar yang sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan.[18]

Setiap metode ini tidak ada yang sempurna, pasti memiliki kelebihan dan kelemahan, jadi pendidik bisa mengkabolarasikan antara metode satu dengan metode yang lain ketika mengajar, karena metode itu tidak bisa berdiri sendiri, antara metode satu dengan yang lain saling berhubungan.
Menurut al-Nahlawi, metode untuk menanamkan rasa iman[19] dan dapat menyentuh perasaan[20] ialah sebagai berikut:
1.      Metode hiwar (percakapan) Qurani dan Nabawi
2.      Metode kisah Qurani dan Nabawi
3.      Metode amtsal (perumpamaan)
4.      Metode keteladanan
5.      Metode pembiasaan
6.      Metode ‘ibrah (pelajaran) dan mau’izah (peringatan)
7.      Metode targhib (mendidik dengan membuat senang) dan tarhib (membuat takut)[21][21]




BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Selain metode, evaluasi juga sangat penting dalam pendidikan, karna evaluasi merupakan hal yang tak terpisahkan dalam kehidupan ini, seseorang tidak akan mungkin dapat merubah dirinya menjadi yang lebih baik jika ia belum mengevaluasi dirinya. Begitu halnya dengan pendidikan islam, evaluasi merupakan hal yang tidak terpisahkan untuk mencapai tujuan, karena sesungguhnya, pendidikan islam akan mengalami perubahan kearah
B.    Saran
Penulis menyadari akan kekurangan makalah ini, oleh sebab itu diharapkan kepada pembaca untuk dapat memberi kritik dan saran yang konstruktif dalam rangka penyempurnaan makalah ini. Akhirnya, kepada Allah jualah penulis menyerahkan diri serta memohon taufik dan hidayah-Nya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca.











DAFTAR PUSTAKA
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia,  2011)

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 1994)

Abdul Mujib dan Jusuf  Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kencana, 2008)
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002)
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2008)



[1] Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia,  2011), h.209
2 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 1994), h. 131
3 Ramayulis dan Samsul Nizar, Op.Cit., h.209
4 Ibid., h.214




5 Abdul Mujib dan Jusuf  Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kencana, 2008), h. 167-168
6 Ibid., h.168

7 Ibid., h.168-169

8 Ibid., h.170-171
9 Ibid., h.172-174
10 Ibid., h.174-175
11 Ramayulis dan Samsul Nizar, Op.Cit., h.216-219

12 Ibid., h.220
13 Ibid., h.221

14 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002),  h.70-71
15 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2008), h.269-281
16 Ibid., h.285-309
17 Ibid., h.325




18 Ibid., h.335
19 Ahmad Tafsir, Op.Cit., h.135
20 Ramayulis dan Samsul Nizar, Op.Cit., h.224




0 komentar:

Posting Komentar

 

Donatteea Template by Ipietoon Cute Blog Design