Minggu, 12 Februari 2017

Apa Ini?~


Sudah terlalu lama aku tidak menulis. Aaah, pantas saja tanganku terasa sedikit kaku. Tinta penapun sepertinya sudah tak secerah dulu. Entah sudah berapa banyak tinta yang kuhabiskan. Entah sudah berapa banyak goresan yang aku torehkan. Tapi tetap saja aku merasa sedikit rancu. Atau malah lucu? Waah, lantaiku ternyata sudah terpenuhi dengan gumpalan-gumpalan kertas kusut. Tak hanya satu atau dua, mungkin puluhan atau sudah sampai ratusan? Ada apa ini? Apa aku sudah lupa bagaimana caranya menulis? Atau mungkin karna aku tak terbiasa? Ku genggam pergelangan tanganku, terasa sedikit bergetar. Ku tatap beberapa pena yang tergeletak diatas meja, aku bahkan lupa kapan terakhir kali menggunakannya. Ku lirik berhelai-helai kertas yang berserak, mereka masih polos, menunggu untuk kusentuh dan itu semakin membuatku pilu. Suasana dimeja itupun terasa berbeda, -tak semenyenangkan dulu. Dulu, aku berjalan cepat, aah katakan saja itu berlari hanya untuk menyapa meja itu. Tapi saat ini rasanya aku sedikit enggan. Sudah lama kami tak bertatap mata. Sudah lama kami tak beradu suara. Waah, aku mulai rindu derit dari suara mata penaku yang menggores kertas. Suara tarikan helaian kertas. Bahkan suara gesekan mata penaku yang mengelus meja. Tapi tetap saja, betapapun aku merindu, tak ada satupun kalimat indah yang dapat kutorehkan. Yang keluar hanyalah potongan-potongan kata yang terasa hambar, basi! Tak ada yang bisa membuat mengharu biru, rasanya seperti sudah terlalu sering dijejali dengan kata-kata itu. Bagaimana ini? Aku sangat rindu ingin menulis. Sudah lama tumpukan kertas dalam petiku tak bertambah. Sedang tumpukan kertas dimejaku sudah terlalu usang, tapi sayang jika harus dibuang. Pena-pena dalam lacipun sudah tak bisa digunakan. Tintanya mengeras, dan memudar. Ku ratapi mereka semua. Setetes air membasahi sehelai kertas yang bertuliskan huruf M, tepat diatasnya. Tintanya merebak, dan menghilang. Kutorehkan kembali penaku. Kertas itu sudah sedikit terisi, nyaris setengahnya. Tapi tetesan air itu tak kunjung berhenti membahasi. Semuanya merebak. Melumer. Menguap. Menghilangkan setiap abjad yang tersusun cukup indah. Kutarik kertas itu, kuremas sambil terisak dan kuhempaskan kelantai. Ternyata nasibnya sama dengan kertas-kertas yang tergumpal itu. Aaah, ini cukup menyakitkan. Karna seberapapun keras kucoba, nyatanya, tak selembarpun tulisan yang bisa kuhasilkan. Dan apa ini? Anggap saja seperti gumpalan kertas dilantai yang terbuang.~

_SelamatMalam
Dari aku, sebatang coklat yang meluluhkan hati dan melumerkan rasa, yang mampu
membuatmu candu akan; rindu.~

Rabu, 25 Januari 2017

Kemah Tangkas Prestasi Pramuka Penggalang Dan Penegak (KTP4)








Penanggung Jawab:
Rektor IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa
Pembina Pramuka Dewan Racana IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa
Ketua Dewan Racana Teuku Umar
Ketua Dewan Racana Cut Nyak Dhien

Ketua Panitia : Rival Hamdani
Sekretaris : Asri Santi
Bendahara : Nur Wardani

Setelah sukses dengan kegiatan KTP3, Dewan Racana IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa mengembangkan kegiatannya. Dari KTP3 yang hanya diikuti oleh pramuka penggalang menjadi KTP4 yang diikuti oleh pramuka penggalang dan penegak.

Pada dasarnya KTP4 tidak jauh berbeda dari KTP3. Yang membedakan adalah pesertanya dan beberapa penambahan mata lomba dari masing-masing tingkatannya. KTP4 diketuai oleh Kak Rival Hamdani. KTP4 diselenggarakan pada tanggal 29 Oktober s/d 01 November 2015 yang dibuka langsung oleh Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Bapak Dr. H. Hasan Basri, MA. Kegiatan ini adalah sebuah aplikasi dari semua ilmu yang telah dipelajari dan sebagai pembuktian bahwa Pramuka Dewan RAcana IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa patut dipertimbangkan keberadaannya.

KTP4 diikuti oleh total 1000 peserta yang berasal dari wilayah korwil-1 yaitu Kota Langsa, Aceh Timur dan Aceh Tamiang dengan jumlah peserta 450 dari tingkat Penggalang dan sisanya 550 dari tingkat Penegak.

Kegiatan ini sangat diharapkan dapat membentuk mental dan kepribadian generasi penerus bangsa.Dan juga sebagai sarana bagi seorang pramuka untuk menyalurkan bakat dan minatnya.

Dan selanjutnya akan dilaksana kegiatan KTP4 ditahun ini. Dengan tampilan logo baru, mata lomba yang bervariasi dan pastinya kegiatan yang semakin menarik pula. Kami tunggu partisipasi dari kakak-kakak semua untuk mengikuti kegiatan ini.
Salam Pramuka!

#PramukaIndonesia #PramukaAceh #PramukaLangsa #PramukaCotKala #RacanaIAINLangsa #PramukaKreatif #PramukaBerkarya #PramukaKeren
Sekilas logo KTP4 2017



Kamis, 12 Januari 2017

KEMAH TANGKAS PRESTASI PRAMUKA PENGGALANG (KTP3)









KTP3 adalah singkatan dari Kemah Tangkas Prestasi Pramuka Penggalang. KTP3 pertama kali diselenggarakan pada tanggal 31 Oktober 2014 yang diselenggarai oleh Gerakan Pramuka Dewan Racana IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa. KTP3 adalah kegiatan yang dilaksanakan dalam bidang perlombaan khusus untuk Pramuka Penggalang atau setingkat dengan SMP/MTs. KTP3 tercetus karna rasa ingin tahu, rasa pengabdian dan juga panggilan jiwa dari para anggota pramuka Racana Cot Kala Langsa. Ide pertama kegiatan ini berasal dari Kak Redha Amsiarisvan atau lebih dikenal dengan panggilan Kak Batak. Dari ide kak Batak lah tercetus kegiatan ini. Kegiatan ini adalah kegiatan besar yang pertama kali diadakan oleh Pramuka Racana Cot Kala Langsa dengan jumlah peserta kurang lebih 500 peserta yang berasal dari 15 sekolah yang ada di Kota Langsa, Aceh Timur dadn Aceh Tamiang.

KTP3 diketuai oleh kak T.M. Yoenoesa (Kak Popon). Dibawah pimpinan kak Popon, seluruh anggota yang tergabung dalam Kepanitiaan berjuang bersama-sama untuk menyukseskan kegiatan ini. Mulai dari persiapan surat-surat, juklak dan juknis, tapak perkemahan hingga lokasi MCK.Keterbatasan pengalaman dari panitia dalam menyelenggarakan kegiatan tidak menjadi hambatan melainkan menjadi tantangan yang harus ditaklukan. KTP3 melahirkan juara-juara baru yang hebat, dengan SMP 1 Tamiang Hulu sebagai juara umum.

Rasa terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang membantu. Pramuka SAKA Bhayangkara Polres Langsa, UKM Pencak Silat Rampoe IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa, UPTD Puskesmas Langsa Lama, para Pembina dan Purna yang tak henti-hentinya memberikan dorongan untuk terus bangkit dan berjuang dalam menyukseskan kegiatan. Kepada Rektor IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa yang telah memberikan tempat dengan segala fasilitasnya, mendukung baik secara moril maupun materil.

Ketua Panitia : T.M. Yoenoesa (Popon)
Presented by : Gerakan Pramuka Dewan Racana IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa







Selasa, 10 Januari 2017

Gebyar Paskibra Competition (GEPASCOM)









GEPASCOM adalah singkatan dari Gebyar Paskibra Competition.GEPASCOM lahir pada tanggal 31 Januari 2016. Ini salah satu gebrakan baru yang dimotori oleh Gerakan Pramuka Dewan Racana IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa. Kegiatan ini sendiri bersifat terbuka untuk umum, yang siapa saja bisa mengikutinya. Akan tetapi, untuk saat ini, kegiatan GEPASCOM hanya terbatas pada siswa tingkat SMA/MA/SMK sederajat yang memiliki bakat dalam bidang baris-berbaris dan upacara bendera. Tahun 2016 adalah awal dari kegiatan ini. Dengan diikuti oleh 15 sekolah atau pangkalan serta organisasi Paskibra yang berasal dari  Kota Langsa, Aceh Timur, Aceh Tamiang dan juga dari Langkat Sumatera Utara. Kegiatan ini sebagai salah satu ajang untuk mempromosikan bahwa Gerakan Prramuka Dewan Racana yang berpangkalan pada IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa ADA dan AKTIF dalam mengikuti ataupun melaksanakan kegiatan dan juga mempromosikan kampus IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa itu sendiri pada masyarakat luas bahwa IAIN Zawiyah Cot Kala LAngsa adalah kampus yang berkualitas.

Rasa terimakasih saya kepada seluruh Pengurus, Pembina dan Anggota Dewan Racana IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa yang tiada henti-hentinya memberikan ide-ide dan semangat yang luar biasa untuk terus berkarya. Tidak lupa pula kepada seluruh Purna dan seluruh pihak yang telah membantu kami dalam segala proses penyelenggaraan kegiatan ini. Kepada Rektor IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa yang tak henti-hentinya memberikan dukungan baik secara moril maupun materil.

Ketua Panitia : T.M. Yoenoesa (Popon)
Sekretaris : Yeni Setianingsih
Presented by : Gerakan Pramuka Dewan Racana IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa










Sistem Among Dalam Gerakan Pramuka

Sistem Among dalam kepramukaan.

 Dalam melaksanakan pendidikan kepramukaan di Indonesia, Gerakan Pramuka menggunakan sistem among. Di mana dalam fungsinya sebagai penyelenggara pendidikan nonformal di luar sekolah dan di luar keluarga kepramukaan berlandaskan Sistem Among di samping menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan.

Sistem Among adalah proses pendidikan yang dilaksanakan dalam bentuk hubungan khas antara peserta didik dengan pendidiknya. Sistem Among dalam Pramuka, menciptakan hubungan pendidik Ipembina pramuka) yang memberikan kebebasan kepada peserta didik (anggota Gerakan Pramuka) untuk dapat bergerak dan bertindak dengan leluasa dan menghidari paksaan, guna mengembangkan kemandirian, percaya diri, dan kreatifitas sesuai aspirasi peserta didik. Kata "among" sendiri berasal dari bahasa Jawa yaitu "mong", "momong" atau "ngemong", yang mempunyai arti mengasuh atau membimbing.

Sistem Among digagas pertama kali oleh Ki Hajar Dewantara dan kemudian diterapkan dalam sistem pendidikan di Taman Siswa. Kini sistem Among tetap banyak dianut dan diterapkan dalam dunia pendidikan. Tidak terkecuali pendidikan kepramukaan di Indonesia yang ikut menerapkan Sistem Among.

Penerapan Sistem Among dalam pendidikan kepramukaan yang dilakukan oleh Gerakan Pramuka ditegaskan dalam Undng-undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka Bab III Pasal 10 Ayat (1), (2), dan (3). Pun termuat dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, pada bagian Pendahuluan, Pasal 5, Pasal 9, dan Pasal 11. (Baca : 
AD ART Gerakan Pramuka Terbaru Hasil Munas 2013)

Pelaksanaan Sistem Among dalam Kepramukaan

Sistem Among dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kepemimpinan yang harus dipraktekkan oleh Pembina Pramuka. Prinsip-prinsip kepemimpinan itu terdiri atas :


§  ing ngarsa sung tuladha yang memiliki maksud di depan menjadi teladan;
§  ing madya mangun karsa yang memiliki maksud di tengah membangun kemauan;
§  tut wuri handayani yang memiliki maksud di belakang memberi dorongan dan pengaruh yang baik ke arah kemandirian.

Selain itu, seorang Pembina Pramuka, dalam melaksanakan tugasnya, dituntut bersikap dan berperilaku yang antara lain :

§  Cinta kasih, kejujuran, keadilan, kepantasan, keprasahajaan/kesederhanaan, kesanggupan berkorban dan kesetiakawanan sosial.
§  Disiplin disertai inisiatif. 
§  Bertanggungjawab terhadap diri sendiri, sesama manusia, negara dan bangsa, alam dan lingkungan hidup, serta bertanggungjawab kepada Tuhan yang Maha Esa.
Dalam gambar ilustrasi di atas, bisa dilihat bahwa proporsi pelaksanaan masing-masing prinsip dalam Sistem Among akan berbeda di setiap golongan peserta didik. Pembimbingan langsung sebagai implementasi dari prinsip "ing ngarsa sung tuladha" paling banyak diberikan kepada anggota Pramuka Siaga dan semakin menurun proporsinya pada golongan anggota pramuka yang lebih tinggi. Sebaliknya, pembimbingan secara tidak langsung, dalam bentuk motivasi, dorongan, dan pengaruh ke arah kemandirian (tut wuri handayani) pada anggota pramuka Pandega cukup tinggi dan berkurang proporsinya pada tingkatan anggota di bawahnya.

Pelaksanaan Sistem Among dalam kepramukaan merupakan anak sistem Scouting Methode (Metode Kepramukaan) yang perwujudannya akan terintergrasi dengan Prinsip Dasar Kepramukaan, Metode Kepramukaan, 
Kode Kehormatan PramukaMotto Kepramukaan dan Kisan Dasar Kepramukaan.


Senin, 02 Januari 2017

PEMIKIRAN FILOSOFIS TENTANG METODE DAN EVALUASI PENDIDIKAN


BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Metode Pendidikan Islam
            Kata metode berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologi, kata metode berasal dari dua suku perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”. Menurut Ahmad Husain al-Liqaniy, metode adalah langkah-langkah yang diambil seorang pendidik guna membantu peserta didik merealisasikan tujuan tertentu.
            Dalam bahasa Arab, kata metode dikenal dengan istialah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan pendidikan, maka langkah tersebut harus diwujudkan dalam proses pendidikan dalam rangka pembentukkan kepribadian peserta didik.[1] Yang dimaksud dengan metode pendidikan di sini ialah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik.[2] Dengan demikin dapat dipahami bahwa metode merupakan cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.[3]
            Pengertian metode menurut para ahli sebagai berikut:
1.      Hasan Langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.
2.      Abd. al-Rahman Ghunaimah mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.
3.      Mohammad Athiyah al-Abrasy mendefinisikan bahwa metode adalah jalan yang digunakan oleh pendidik untuk memberikan pengertian kepada peserta didik tentang segala macam materi dalam berbagai proses pembelajaran.[4]
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode memiliki posisi penting dalam mencapai tujuan. Metode adalah cara yang paling cepat dan tepat dalam memperoleh tujuan yang diinginkan. Jika metode dapat dikuasi maka akan memudahkan jalan dalam mencapai tujuan pendidikan Islam.

B.     Tujuan, Tugas, dan Fungsi Metode Pendidikan Islam
            Tujuan diadakan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar ajaran islam lebih berdaya guna dan berhasil guna dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar peserta didik secara mantap.
            Fungsi metode pendidikan islam adalah mengarahkan keberhasilan belajar, memberi kemudahan kepada peserta didik untuk belajar berdasarkan minat, serta mendorong usaha kerja sama dalam kegiatan belajar mengajar antara pendidik dengan peserta didik, disamping itu fungsi metode pendidikan  adalah memberi inspirasi pada peserta didik melalui proses hubungan yang serasi antara pendidik dan peserta didik yang seiring dengan tujuan pendidikan islam.[5]
            Tugas utama metode pendidikan islam adalah mengadakan aplikasi prinsip-prinsip psikologis dan paedagogis sebagai kegiatan antar hubungan pendidikan yang terealisasi melalui penyampaian keterangan dan pengetahuan agar siswa mengetahui, memahami, menghayati dan meyakini materi yang diberikan, serta meningkatkan keterampilan olah pikir. Selain itu, tugas utama metode adalah membuat perubahan dalam sikap dan minat serta memenuhi nilai dan norma yang berhubungan dengan pelajaran dan perubahan dalam pribadi dan bagaimana faktor-faktor tersebut diharapkan menjadi pendorong ke arah perbuatan nyata.[6]

C.    Prosedur Memilih Metode Pendidikan
1.      Tujuan Pendidikan Islam
 Faktor ini di gunakan untuk menjawab pertanyaan untuk apa pendidikan itu dilaksanakan. Tujuan pendidikan mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif (pembinaan akal pikiran, seperti kecerdasan, kepandaian, daya nalar), aspek afektif (pembinaan hati, seperti pengembangan rasa, kesadaran, kepekaan emosi dan kematangan spiritual), aspek psikomotorik (pembinaan jasmani, seperti badan sehat, mempunyai keterampilan).
2.      Peserta Didik
Faktor ini di gunakan untuk menjawab pertanyaan untuk apa dan bagaimana metode itu mampu mengembangkan peserta didik dengan mempertimbangkan berbagai tingkat kematangan, kesanggupan yang dimilikinya.
3.      Situasi
            Faktor ini di gunakan untuk menjawab pertanyaan bagaimana serta kondisi lingkunganya yang mempengaruhinya.
4.      Fasilitas
Faktor ini di gunakan untuk menjawab pertanyaan di mana dan bilamana termasuk juga berbagai fasilitas dan kuantitasnya.
5.      Pribadi Pendidik
 Faktor ini digunakan untuk menjawab pertanyaan oleh siapa serta kompetensi dan kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.[7]

Tapi kalau kita lihat pada fakta yang terjadi, banyak sekali pendidik kita saat ini, ketika memilih metode itu tidak mempertimbangkan kelima faktor diatas. Inilah yang membuat proses pembelajaran tidak berjalan dengan baik, sehingga peserta didik tidak memahami pelajaran yang diajarkan dan merasa jenuh atau bosan ketika mengikuti proses pembelajaran. Misalnya, ketika mengajar anak SD menggunakan metode diskusi, seharusnya metode ini kurang cocok untuk diterapkan kepada anak SD, karena anak SD belum bisa berdiskusi yang banyak menggunakan analisa, sebaiknya metode diskusi ini diterapkan pada anak tingkatan SMA ataupun mahasiswa.
 Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwasanya untuk memilih suatu metode pembelajaran itu haruslah mempertimbangkan lima faktor diatas, agar metode yang digunakan itu bisa membuat peserta didik lebih menghayati dan memahami pelajaran yang diajarkan dengan baik dan benar.


D.    Asas-asas Pelaksanaan Metode Pendidikan Islam
1.      Asas Motivasi
 Pendidik harus berusaha membangkitkan minat peserta didiknya sehingga seluruh perhatian mereka tertuju dan terpusat pada bahan pelajaran yang sedang disajikan.
2.      Asas Aktivitas
 Dalam proses belajar mengajar pendidikan peserta didik harus diberikan kesempatan untuk mengambil bagian yang aktif, baik rohani maupun jasmani, terhadap pengajaran yang akan diberikan, secara individual maupun kolektif.
3.      Asas Apersepsi
 Mengalami dalam proses belajar berarti menghayati suatu situasi aktual yang sekaligus menimbulkan respons-respons tertentu dari pihak peserta didik, sehingga memperoleh perubahan pola tingkah laku (pematangan dan kedewasaan), perubahan dalam perbendaharaan konsep-konsep (pengertian), dan kekayaan akan informasi.
4.      Asas Peragaan
 Pendidik memberikan variasi dalam cara-cara mengajar dengan mewujudkan bahan-bahan yang diajarkan secara nyata, baik dalam bentuk aslinya maupun tiruan (model-model), sehingga peserta didik dapat mengamati dengan jelas dan pengajaran lebih tertuju untuk mencapai hasil yang diinginkan.[8]
5.      Asas Ulangan
 Asas yang merupakan usaha untuk mengetahui taraf kemajuan atau keberhasilan belajar peserta didik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, serta sikap setelah mengikuti pengajaran sebelumnya.
6.      Asas Korelasi
 Peristiwa belajar mengajar adalah menyeluruh, mencakup berbagai dimensi yang kompleks yang saling berhubungan.
7.      Asas Konsentrasi
      Asas yang memfokuskan pada suatu pokok masalah tertentu dari keseluruhan bahan pelajaran untuk melaksanakan tujuan pendidikan serta memperhatikan peserta didik dalam segala aspeknya.



8.      Asas Individualisasi
 Asas yang memperhatikan perbedaan-perbedaan individu, baik pembawaan dan lingkungan yang meliputi seluruh pribadi peserta didik, seperti perbedaan jasmani, watak, intelegensi, bakat, serta lingkungan yang mempengaruhinya.
9.      Asas Sosialisasi
 Asas yang memperhatikan penciptaan suasana sosial yang dapat membangkitkan semangat kerja sama antara peserta didik dengan pendidik atau sesama peserta didik dan masyarakat sekitarnya.
10.   Asas Evaluasi
 Asas yang memperhatikan hasil dari penilaian terhadap kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai feedback pendidik dalam memperbaiki cara mengajar.
11.  Asas Kebebasan
 Asas yang memberikan keleluasaan keinginan dan tindakan bagi peserta didik dengan dibatasi atas kebebasan yang mengacu pada hal-hal yang positif.[9]
12.  Asas Lingkungan
 Asas yang menentukan metode dengan berpijak pada pengaruh lingkungan akibat interaksi dengan lingkungan.
13.  Asas Globalisasi
 Asas sebagai akibat psikologi totalitas, yaitu peserta didik bereaksi terhadap lingkungan secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, sosial dan sebagainya.
14.  Asas Pusat-Pusat Minat
Asas yang memperhatikan kecenderungan jiwa yang tetap kejurusan suatu hal yang berharga bagi seseorang.
15.  Asas Keteladanan
 Pada fase-fase tertentu, peserta didik memiliki kecenderungan belajar lewat peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang disekitarnya.
16.  Asas Pembiasaan
 Asas yang memperhatikan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh peserta didik.[10]
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwasanya apapun bentuk metode yang di gunakan oleh pendidik untuk diterapkan kapada peserta didik haruslah mengacu pada asas-asas yang telah disebutkan diatas, agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien.

E.     Dasar Metode Pendidikan Islam
1.      Dasar Agamis
 Al-Quran dan hadits tidak bisa dilepaskan dari pelaksanaan metode pendidikan islam. Dalam kedudukannya sebagai dasar ajaran islam, maka dengan sendirinya, metode pendidikan islam harus merujuk pada kedua sumber ajaran tersebut.
2.      Dasar Biologis
 Perkembangan biologis manusia mempunyai pengaruh dalam perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis perkembangan biologi seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula daya intelektualnya. Dalam memberikan pendidikan dan pengajaran dalam pendidikan islam , seorang pendidik harus memperhatikan perkembangan biologis peserta didik.
3.      Dasar Psikologis
 Metode pendidikan islam baru dapat di terapkan secara efektif bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis peserta didiknya.
4.      Dasar Sosiologis
 Interaksi yang terjadi antara sesama peserta didik  dan interaksi antara pendidik dan peserta didik, merupakan interaksi timbal balik dan saling memberikan dampak pada keduanya.[11]

F.     Prinsip Metode Pendidikan Islam
            Dalam penggunaannya, metode pendidikan islam perlu memperhatikan prinsip-prinsip yang mampu memberikan pengarahan dan petunjuk tentang pelaksanaan metode pendidikan tersebut. Dengan prinsip-prinsip ini diharapkan metode pendidikan islam dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien dengan tidak menyimpang dari tujuan semula pendidikan islam. Oleh karena itu seorang pendidik perlu memperhatikan prinsip-prinsip metode pendidikan, sehingga pendidik mampu menerapkan metode yang pas dan cocok sesuai dengan kebutuhannya.[12] Diantara prinsip-prinsip di dalam memilih metode pendidikan adalah:
1.      Prinsip Kemudahan
 Metode pendidikan yang di gunakan oleh pendidik pada dasarnya adalah menggunakan sebuah cara yang memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk menerapkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sekaligus mengidentifikasi dirinya dengan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan keterampilan tersebut.
2.      Prinsip Berkesinambungan
 Karena dengan asumsi bahwa pendidikan islam adalah sebuah proses yang akan berlangsung terus menerus. Untuk itu, dalam menggunakan metode pendidikan, seorang pendidik perlu memperhatikan kesinambungan pelaksanaan pemberian materi.
3.      Prinsip Fleksibel Dan Dinamis
 Metode pendidikan islam harus digunakan dengan prinsip fleksibel dan dinamis. Sebab, dengan kelenturan dan kedinamisan metode tersebut, pemakaian metode tidak hanya mononton dengan satu macam metode.[13]

G.    Karekteristik Metode Pendidikan Islam
1.      Keseluruhan proses penerapan metode pendidikan islam mulai dari pembentukannya, penggunaanya sampai pada pengembangannya tetap didasarkan pada nilai-nilai asasi islam yang sebagai ajaran universal.
2.      Proses pembentukan, penerapan dan pengembangannya tetap tidak dapat di pisahkan dengan konsep al-akhlak al-karimah sebagai tujuan tertinggi dari pendidikan islam.
3.      Metode pendidikan islam bersifat luwes dan fleksibel dalam artian senantiasa membuka diri dan dapat menerima perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang melingkupi proses pendidikan islam tersebut, baik dari segi peserta didik, pendidik, materi pelajaran dan lain-lain.
4.      Metode pendidikan islam berusaha sungguh-sungguh untuk menyeimbang kan antara teori dan praktek.
5.      Metode pendidikan islam dalam penerapannya menekankan kebebasan peserta didik untuk berkreasi dan mengambil prakarsa dalam batas-batas kesopanan dan akhlak al-karimah.
6.      Dari segi pendidik, metode pendidikan islam lebih menekankan nilai-nilai keteladanan dan kebebasan pendidik dalam menggunakan serta mengkombinasikan berbagai metode pendidikan yang ada dalam mencapai tujuan pengajaran.
7.      Metode pendidikan islam dalam penerapannya berupaya menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan bagi terciptanya interaksi edukatif dan yang kondusif.
8.      Metode pendidikan islam merupakan usaha untuk memudahkan proses pengajaran dalam mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.[14]

Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa begitu mulianya karakter pendidikan islam, oleh karenanya sudah seharusnya seluruh karekteristik tersebut harus diketahui dan dipahami oleh para pendidik muslim yang membimbing, mengarahkan, dan membina anak didik menjadi manusia yang matang atau dewasa dalam kepribadiannya, sehingga tercerminlah dalam dirinya akhlak yang mulia.

H.    Bentuk-bentuk Metode Pendidikan
1.      Metode Ceramah
 Metode ceramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelas. Dengan kata lain dapat pula dimaksidkan, bahwa metode ceramah atau lecturing itu adalah suatu cara penyajian atau penyampaian informasi melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap siswanya, dalam memperjelas penyajiannya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu, seperti: bendanya, gambarnya, sket, peta, dan sebagainya.
2.      Metode Tanya Jawab
 Ialah suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca sambil memperhatikan proses berfikir diantara peserta didik.


3.      Metode Demonstarasi
 Istilah demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk menggambarkan suatu cara mengajar pada umumnya penjelasan verbal dengan suatu kerja fisik atau pengoperasian peralatan barang atau benda. Kerja fisik itu telah dilakukan atau peralatan itu telah dicoba lebih dahulu sebelum di demonstrasikan. Orang yang mendemonstrasi (guru, peserta didik, orang luar) mempertunjukkan sambil menjelaskan tentang sesuatu yang didemonstrasikan.[15]
4.      Metode Eksprimen
 Metode eksprimen adalah apabila seorang peserta didik melakukan suatu percobaan, setiap proses dan hasil percobaan itu di amati oleh setiap peserta didik. Misalnya: di bangku setiap peserta didik diletakkan segelas air kemudian kedalam gelas itu dimasukkan sesendok gula. Kemudian apa yang terjadi gula itu melarut dan menghilang didalam air, sedangkan zatnya tetap ada.
5.      Metode Diskusi
 Dalam pengertian yang umum, diskusi ialah suatu proses yang melibatkan dua atau lebih individu yang berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah.
6.      Metode Sosio Drama Dan Bermain Peran
 Ialah penyajian bahan dengan cara memperlihatkan peragaan, baik dalam bentuk uraian maupun kenyataan. Semuanya berbentuk tingkah laku dalam hubungan sosio yang kemudian diminta beberapa orang peserta didik untuk memerankannya.[16]
7.      Metode Pemecahan Masalah
 Ialah suatu cara menyajikan pelajaran dengan mendorong peserta didik untuk mencari dan memecahkan suatu masalah dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran.[17]
8.       Metode Kerja Kelompok
 Ialah penyajian materi dengan cara pemberian tugas-tugas untuk mempelajari sesuatu kepada kelompok-kelompok belajar yang sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan.[18]

Setiap metode ini tidak ada yang sempurna, pasti memiliki kelebihan dan kelemahan, jadi pendidik bisa mengkabolarasikan antara metode satu dengan metode yang lain ketika mengajar, karena metode itu tidak bisa berdiri sendiri, antara metode satu dengan yang lain saling berhubungan.
Menurut al-Nahlawi, metode untuk menanamkan rasa iman[19] dan dapat menyentuh perasaan[20] ialah sebagai berikut:
1.      Metode hiwar (percakapan) Qurani dan Nabawi
2.      Metode kisah Qurani dan Nabawi
3.      Metode amtsal (perumpamaan)
4.      Metode keteladanan
5.      Metode pembiasaan
6.      Metode ‘ibrah (pelajaran) dan mau’izah (peringatan)
7.      Metode targhib (mendidik dengan membuat senang) dan tarhib (membuat takut)[21][21]




BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Selain metode, evaluasi juga sangat penting dalam pendidikan, karna evaluasi merupakan hal yang tak terpisahkan dalam kehidupan ini, seseorang tidak akan mungkin dapat merubah dirinya menjadi yang lebih baik jika ia belum mengevaluasi dirinya. Begitu halnya dengan pendidikan islam, evaluasi merupakan hal yang tidak terpisahkan untuk mencapai tujuan, karena sesungguhnya, pendidikan islam akan mengalami perubahan kearah
B.    Saran
Penulis menyadari akan kekurangan makalah ini, oleh sebab itu diharapkan kepada pembaca untuk dapat memberi kritik dan saran yang konstruktif dalam rangka penyempurnaan makalah ini. Akhirnya, kepada Allah jualah penulis menyerahkan diri serta memohon taufik dan hidayah-Nya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca.











DAFTAR PUSTAKA
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia,  2011)

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 1994)

Abdul Mujib dan Jusuf  Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kencana, 2008)
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002)
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2008)



[1] Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia,  2011), h.209
2 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 1994), h. 131
3 Ramayulis dan Samsul Nizar, Op.Cit., h.209
4 Ibid., h.214




5 Abdul Mujib dan Jusuf  Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kencana, 2008), h. 167-168
6 Ibid., h.168

7 Ibid., h.168-169

8 Ibid., h.170-171
9 Ibid., h.172-174
10 Ibid., h.174-175
11 Ramayulis dan Samsul Nizar, Op.Cit., h.216-219

12 Ibid., h.220
13 Ibid., h.221

14 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002),  h.70-71
15 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2008), h.269-281
16 Ibid., h.285-309
17 Ibid., h.325




18 Ibid., h.335
19 Ahmad Tafsir, Op.Cit., h.135
20 Ramayulis dan Samsul Nizar, Op.Cit., h.224




 

Donatteea Template by Ipietoon Cute Blog Design